0

Mengenal Meme: Bentuk Penyuaraan Ide Sebagai Cermin Kebudayaan Manusia Modern

 

Internet memiliki peran besar dalam gaya hidup manusia dalam dua dekade terakhir. Sejak pertamakali populer dan digunakan secara masif pada awal 2000-an sampai sekarang, dia telah banyak merubah gaya interaksi manusia. Hingga pada akhirnya seperti yang kita lihat sekarang betapa mudahnya terkoneksi dengan orang banyak bahkan dari tempat yang amat jauh sekalipun.

Salah satu jenis konten yang sering kita temui saat berselancar di internet adalah meme. Meme ini biasanya muncul di beranda dan timeline media sosial, dan bisa ditemukan di akun-akun komedi yang mengunggah gambar-gambar atau video lucu.

Meme ini sekilas mungkin terkesan sebagai produk hiburan ringan manusia modern, salah satu konsekuensi dari proses perubahan interaksi manusia karena internet seperti yang sudah disinggung di awal. Namun, jika kita kupas lagi, mungkin saja muncul sebuah kesadaran bahwa mereka memiliki makna yang lebih dalam daripada yang kita kira. Bahkan, saya pikir meme telah mengalami pergeseran makna yang menarik dalam persepsi masyarakat berdasarkan kosa kata aslinya.

Meskipun tulisan ini terkesan bertema tentang teknologi dan hiburan, sebenarnya meme ini ada kaitannya dengan bidang ilmu antropologi. Meme pada mulanya adalah konsep dan kosa kata yang pertama kali diperkenalkan oleh Richard Dawkins, seorang penulis jenius asal britania raya. Dalam bukunya "The Selfish Gene" (1976), Dawkins menggambarkan meme sebagai ide atau gagasan manusia yang memiliki power untuk berdampak besar bagi perubahan sosial.

Makna dari ide tau gagasan yang dimaksud Dawkins ini sangat luas, bisa saja berupa kebiasaan, sudut pandang perseorangan, hingga kejadian umum. Asalkan ide atau gagasan itu bisa membuat orang saling merasa terhubung, pola itu bisa disebut sebagai salah satu bentuk bangunan dari konsep meme yang dimaksud Dawkins. Semakin banyak orang yang merasa terhubung, semakin kuat dan tahan lama meme tersebut.

Dewasa ini, kosa kata meme merujuk pada gambar dengan tulisan atau berupa video. Artinya, ada pergeseran makna yang fundamental berdasarkan tulisan Dawkins tentang apa itu meme.

Sebagai contoh, cobalah perhatikan meme ini:

Meme itu menggambarkan tentang seorang pria tidur di luar rumah dengan tulisan "sedang bersantai setelah menang debat dengan istri”. Menunjukkan bahwa si pengunggah sedang menyuarakan pengalamannya tentang perdebatan dalam rumah tangga. Meski penggambaran terkesan hiperbola dan dilebih-lebihkan namun alih-alih menjadi monoton dan membosankan malah membuat pesan yang ingin disampaikan menjadi lebih menarik perhatian. Hal ini membuat banyak orang akan lebih mudah untuk mengorek ingatan mereka tentang pengalaman yang sama.

Di sisi lain tidak semua orang akan merasakan keterhubungan dengan setiap ide atau gagasan. Misalnya saja dari contoh tadi orang yang belum punya pasangan seperti anda, tidak akan pernah merasakan pengalaman pertengkaran hubungan.

Lalu, apakah orang yang tidak merasa terhubung dengan suatu ide atau gagasan berhak menyebut itu sebagai bukan meme? Apakah meme itu suatu konsep utuh yang dipaksakan pemaknaannya dalam sebuah objek yang saklek seperti gambar atau video?

Dawkins mengatakan bahwa perkembangan meme mirip dengan seleksi alam, seperti dalam teori evolusi Darwin. Ide dan gagasan akan bertahan jika banyak orang yang merasa terhubung dengannya, namun akan pudar jika tidak ada lagi yang merasa terhubung. Dengan kata lain, meme tetaplah meme meski tidak ada yang sepaham dengan sebuah ide tau gagasan tertentu. Bergantung pada tingkat kedalamannya serta teknik penyajian yang tepat, mungkin saja suatu ide tau gagasan bisa menciduk lebih banyak frekuensi pemahaman yang sama di luar sana.

Apakah kamu punya ide atau gagasan yang ingin dituangkan dalam sebuah ‘meme’?

0 comments:

Post a Comment

Back to Top